swa.co.id, Bali– Bali International Film Festival (Balinale) yang ke-17 kembali digelar 1-7 Juni 2024 di Sanur, Bali. Ajang Balinale 2024 akan menghadirkan 60 film berbagai genre dari 25 negara, 45 film yang diantaranya berstatus sebagai film premiere dari sutradara dan produser senior maupun dari sutradara dan produser yang baru merintis karier di industri perfilman.
Balinale didirikan tahun 2007 oleh Bali Film Center (BFC), perusahaan swasta yang menyediakan layanan profesional dan produksi film dan televisi di Indonesia sejak 2002. Memiliki sejarah panjang mendukung film maker pemula maupun yang sudah mapan melalui program pelatihan dan pertukaran pengetahuan.
Deborah Gabinetti, founder & Director Balinale, menyatakan fokus Balinale terhadap keanekaraman film independen Indonesia hingga internasional. “Melalui Balinale produser, sutradara, hingga talenta-talenta muda yang bergerak di bidang industri film bisa memiliki referensi baru,” ucap Gabineti di Sanur pada akhir pekan lalu.
Menurutnya, saat ini ada beragam referensi baru dalam industri perfilman. Misalnya seperti dalam sinematografi, animasi hingga teknologi. Indonesia sudah dikenal karena keragaman dan kekuatan program film dalam mendorong pertumbuhan budaya dan nilai-nilai yang ada. Bagi para sineas Indonesia, festival ini menjadikan filmnya bisa bersaing di ajang internasional.
Ekonomi kreatif di Indonesia, menurut Deborah, berpeluang tumbuh di masa mendatang. ‘Kita punya full of talent. Festival ini memberi kesempatan baik pemula maupun yang sudah profesional untuk bisa dilihat dunia,” imbuhnya. Salah satu program Balinale, Bali Film Forum, menjadi tempat bagi para pembuat film internasional maupun para profesional berdiskusi tentang film, tren, peluang kerja sama produksi dan adaptasi atas tuntutan industri perfilman yang berkembang begitu pesat.
Balinale 2024 dibuka dengan penayangan film Fly Me To The Moon (Hong Kong SAR) yang digarap Director Sasha Chuk dan Producer Stanley Kwan. Selain itu, festival ini menghadirkan enam film yang mempertontonkan industri perfilman Hongkong dalam tajuk Hong Kong Film Gala Presentation. Untuk ketiga kalinya Balinale juga bekerjasama dengan Asian Film Award Academy (AFAA).
M. Amin Abdullah, Direktur Musik, Film and Animasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjelaskan tujuan penyelenggaraan Balinale di Sanur ini sebagai ajang bertemunya para pekerja industri kreatif film untuk memajukan perfilman Indonesia. “Balinale memiliki spesifikasi untuk mempertemukan pelaku industri dari berbagai pekerja industri kreatif dunia dan menjadi daya dorong untuk promosi wisata dan penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi banyak orang, serta menghasilkan perspektif baru bagi pekerja industri kreatif Tanah Air,” tuturnya.
Balinale berdampak dampak langsung maupun tidak langsung terhadap Bali. “Saya melihat Balinale memiliki intellectual property (IP, hak cipta dan kekayaan intelektual) yang bisa menghasilkan produk-produk turunannya,” tambah Amin. Selain mempertemukan pelaku industri perfilman internasional, Balinale 2024 diharapkan akan menjadikan Sanur sebagai pusat industri perfilman dan hiburan berskala global. (*)