TEMPO.CO, Jakarta – Bali International Film Festival alias Balinale tengah berlangsung hingga 7 Juni 2024 di Cinepolis Plaza Renon, Sanur, Denpasar. Festival ini akan menjadi ajang pertemuan pelaku industri film di kancah internasional, dan menjadikan Sanur sebagai industri perfilman skala global.
Founder dan Director Balinale Deborah Gabinetti menyatakan pentingnya promosi akan perfilman Indonesia, seni, dan budaya. Balinale sendiri diadakan oleh Bali Film Center (BFC), sebuah Perusahaan swasta yang menyediakan layanan produksi film dan televisi di Indonesia.
Dalam festival ini akan dilakukan penayangan puluhan film yang disutradarai oleh sutradara dari belahan dunia, berikut sinopsif film yang akan tayang di festival film di Sanur tersebut.
1. The Architecture of Love (Indonesia)
Mengisahkan tentang Putri Marino yang berperan sebagai Raia dan Nicholas Saputra sebagai River. Keduanya memiliki masa lalu akan percintaan yang mengenaskan. Raia yang berprofesi sebagai novelis harus mengalami perselingkuhan dari sang suami, yang menjadikannya pergi ke New York untuk menyembuhkan hati.
Nicholas Saputra yang berperan sebagai River juga tak kalah memiliki masa lalu yang memilukan, ia mengalami trauma kehilangan seseorang dari Istrinya yang mengalami kecelakaan. Kehilangan tersebut cukup mempengaruhi dirinya, dan memilih mengasingkan diri ke New York. Namun, niat mengasingkan diri tersebut malah mempertemukan keduanya di New York, benih cinta dan rasa nyaman segera tumbuh selama mereka saling menyembuhkan diri.
2. The Gospel of The Beast (Filipina)
Dilansir dari laman diversion-th, film ini mengisahkan seorang laki-laki berusia 15 tahun yang bernama Mateo. Mateo digambarkan sebagai anak laki-laki yang menghadapi kenyataan hidup yang pahit, ia menjadi figur ayah akan kedua saudaranya setelah sang ayah meninggalkan mereka.
Hingga suatu hari ia berkonfrontasi dengan seorang temannya yang bernama Gerald, dan membunuhnya. Situasi tersebut membuatnya bingung hingga ia meminta tolong kepada seseorang laki-laki yang tak dikenal bernama Berto. Berto membujuknya untuk tinggal bersamanya, dengannya Mateo diperkenalkan oleh dunia kekerasan dan dunia sindikat. Mengirim obat-obatan dan membuang mayat menjadi makanan sehari-hari Mateo setelah bergabung dengan sindikat itu.
Dunianya semakin gelap dan ia mulai putus asa. Seiring waktu Berto menjadi figur ayah bagi Mateo, ia mulai belajar akan kenyataan pahit dalam hidup, ia merasa mulai kehilangan dirinya dan jatuh dalam kekerasan dan keputusasaan.
3. And That’s for This Christmas (Bulgaria)
Film pendek yang berdurasi 15 menit ini menceritakan seorang pria lanjut usia yang telah ditinggal oleh istrinya. Selagi ia mempersiapkan pemakaman bagi dirinya sendiri, ia menyadari bahwa ia akan merayakan hari natal dengan seorang diri. Hari natal yang seharusnya menjadi momen membahagiakan, ia tak memiliki siapapun untuk merayakannya hingga ia memilih menghabiskan hari natal di makam sang istri.
4. Point of Change (United Kingdom)
Film ini merupakan jenis film documenter yang mengambil Lokasi syuting di Pulau Nias, Indonesia. Film ini menceritakan peselancar pertama yang menemukan gelombang sempurna di pulau Nias pada 1970-an.
Peselancar tersebut adalah Kevin Lovett dan John Giesel, mereka adalah peselancar asal Australia yang menemukan gelombang sempurna di Teluk Langundi yang berada di pulau Nias. Tak disangka penemuan mereka akan tempat tersebut menghadirkan sejumlah dampak ekologis dan sosial bagi masyarakat dan tempat tersebut. Film ini menjadi pengingat akan surga yang hilang dari sebuah tempat yang indah ketika terjamah oleh tangan manusia.
5. Daaaaaali! (Prancis)
Film yang bergenre komedi absurd ini menceritakan seorang jurnalis perempuan yang muda yang bertemu dengan seniman surealis yang bernama Salvador Dali. Pertemuan itu direncanakan untuk menggarap sebuah proyek film documenter yang sayangnya tidak rampung hingga akhir. Film yang disutradarai oleh Quentin Dupieux ini menjadi film komedi yang berisikan biografi palsu seniman Salvador Dali.
source: https://seleb.tempo.co/read/1876115/5-sinopsis-film-diantara-45-film-yang-tayang-di-festival-film-balinale-di-sanur